Senin, 05 Desember 2016


PENARI TOPENG TELEK

Tari topenge telek ini adalah tari kebudayaan bali yang berasal dari bumi serombotan yaitu kota Klungkung seperti Banjar Adat Pancoran Gelgel dan Desa Adat Jumpai dan sampai saat ini tari wali tersebut masih dipertahankan karena merupakan tetamian (warisan) leluhur yang pantang untuk tidak dipentaskan. Warga setempat meyakini pementasan Telek sebagai sarana untuk meminang keselamatan dunia, khususnya di wawengkon (wilayah) banjar/desa adat mereka. Jika nekat tidak mementaskan Telek, itu sama artinya dengan mengundang kehadiran merana (hama-penyakit pada tanaman dan ternak), sasab (penyakit pada manusia) serta marabahaya lainnya yang mengacaukan harmonisasi dunia.

Menurut informasi warga setempat Tari Telek dipentaskan dua kali setahun yakni pada Buda Umanis Perangbakat (wali Ida Batara di Pura Dalem Guru, Pancoran) dan pada Buda Kliwon Paang (wali Ida Batara Gede). Kedua pementasan itu mengambil lokasi di jaba sisi Pura Dalem Guru. Setiap kali Telek dipentaskan, seluruh krama dipastikan menyaksikannya sekaligus memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pementasan Telek ini sebagai sarana untuk memohon keselamatan segala makhluk bernyawa di dunia ini dari marabahaya. Ditegaskannya, pihaknya pantang tidak mementaskan tarian ini pada hari-hari yang telah ditentukan. Kecuali, jika di desa itu dalam waktu bersamaan sedang mengalami kecuntakan karena ada krama yang meninggal dunia.

Tidak ada ketentuan yang mengatur secara tegas batasan usia penari itu.  Pasalnya, topeng dan gelungan (hiasan kepala-red) Telek itu memang dirancang seukuran wajah dan kepala anak-anak, sehingga orang dewasa tidak pas memakainya. Bahan baku topeng Telek menggunakan kayu pule yang juga lazim digunakan sebagai bahan baku tapakan (topeng) barong dan rangda. 

Topeng Telek ini merupakan tetamian leluhur dan tidak ada krama yang tahu pasti kapan topeng itu dibuat. Topeng Telek tidak berubah ataupun diganti, misalnya dengan membuat topeng yang berukuran lebih besar sehingga bisa digunakan orang dewasa. Jika warna topeng itu sudah buram, masyarakat hanya sebatas ngodakin (pengecatan ulang). Bukan topengnya yang diganti. Hal yang sama juga berlaku untuk tapakan barong dan rangda. Sebelum tari Telek dipentaskan, seluruh penari wajib mengikuti persembahyangan di pura agar pementasan yang dilakoninya direstui Tuhan.

Foto diambil dalam pementasan tari Telek Pesta Kesenian Bali 2016

Narasi dikutip : 
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/909/tari-topeng-telek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar