PENARI TOPENG TELEK
Tari topenge telek ini adalah tari kebudayaan bali yang berasal dari bumi serombotan yaitu kota Klungkung seperti Banjar Adat Pancoran Gelgel dan Desa Adat Jumpai dan sampai saat ini tari wali tersebut masih dipertahankan karena merupakan tetamian (warisan) leluhur yang pantang untuk tidak dipentaskan. Warga setempat meyakini pementasan Telek sebagai sarana untuk meminang
keselamatan dunia, khususnya di wawengkon (wilayah) banjar/desa adat
mereka. Jika nekat tidak mementaskan Telek, itu sama artinya dengan
mengundang kehadiran merana (hama-penyakit pada tanaman dan ternak),
sasab (penyakit pada manusia) serta marabahaya lainnya yang mengacaukan
harmonisasi dunia.
Menurut informasi warga setempat Tari Telek dipentaskan dua kali setahun
yakni pada Buda Umanis Perangbakat (wali Ida Batara di Pura Dalem Guru,
Pancoran) dan pada Buda Kliwon Paang (wali Ida Batara Gede). Kedua
pementasan itu mengambil lokasi di jaba sisi Pura Dalem Guru. Setiap
kali Telek dipentaskan, seluruh krama dipastikan menyaksikannya
sekaligus memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pementasan Telek ini sebagai sarana untuk memohon keselamatan segala
makhluk bernyawa di dunia ini dari marabahaya. Ditegaskannya, pihaknya
pantang tidak mementaskan tarian ini pada hari-hari yang telah
ditentukan. Kecuali, jika di desa itu dalam waktu bersamaan sedang
mengalami kecuntakan karena ada krama yang meninggal dunia.
Tidak ada ketentuan yang mengatur secara tegas batasan usia penari itu. Pasalnya, topeng dan gelungan (hiasan kepala-red) Telek itu memang
dirancang seukuran wajah dan kepala anak-anak, sehingga orang dewasa
tidak pas memakainya. Bahan baku topeng Telek menggunakan kayu pule yang
juga lazim digunakan sebagai bahan baku tapakan (topeng) barong dan
rangda.
Topeng Telek ini merupakan tetamian leluhur dan tidak ada krama yang
tahu pasti kapan topeng itu dibuat. Topeng Telek tidak berubah ataupun
diganti, misalnya dengan membuat topeng yang berukuran lebih besar
sehingga bisa digunakan orang dewasa. Jika warna topeng itu sudah buram,
masyarakat hanya sebatas ngodakin (pengecatan ulang). Bukan topengnya
yang diganti. Hal yang sama juga berlaku untuk tapakan barong dan
rangda. Sebelum tari Telek dipentaskan, seluruh penari wajib mengikuti
persembahyangan di pura agar pementasan yang dilakoninya direstui Tuhan.
Foto diambil dalam pementasan tari Telek Pesta Kesenian Bali 2016
Narasi dikutip :
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/909/tari-topeng-telek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar